Jumat, 27 Februari 2009

Jodoh Sesuai Firman Tuhan


Cinta ada yang romantis, ada juga cinta yang realistis. Dari paham cinta tersebut maka lahirlah bermacam-macam bentuk pernyataan, termasuk tentang keajaiban jodoh. Bagi mereka yang menyukai cinta romantis, lebih tertarik dengan pernyataan “jodoh dari Tuhan” seakan khusus, hanya ada satu (seperti pecahan giok) dan pertemuannya secara “ilahi”. Pokoknya Tuhan yang sodorkan secara ajaib gitu deh…

Tetapi bagi mereka yang lebih condong pada cinta yang realistis, mereka memandang keajaiban jodoh itu tidak ada, semua ya jodoh dari Tuhan kalau sudah dinikahi. Yang penting saling mencocokan, menerima satu sama lain, baru bisa disebut jodoh. Intinya, jangan cengeng gitu lah…

Tentang jodoh dan pernikahan yang benar, kita seharusnya memahami dari Alkitab, bagaimana Alkitab menjelaskan tentang pernikahan.

PERNIKAHAN DIDALAM ALKITAB

Tentang pernikahan telah ditulis sejak penciptaan. Sejak manusia pertama, Adam, tentang pernikahan sudah tertulis, Hawa diciptakan untuk menjadi pasangan (jodoh) dalam hidupnya.

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. (Kejadian 2:21-25)

Dari kitab Kejadian tersebut, kita mengenal istilah suami dan istri, mengenal tentang pernikahan. Dimana Allah mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan akan bersatu (didalam penikahan kudus). Jelas tertulis laki-laki dan perempuan, bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan (Roma 1:26-27). Pernikahan homo dan lesbi tidak sesuai kehendak Allah. Yang disebut pernikahan adalah antara laki-laki dengan perempuan.

Begitu indahnya pernikahan, laki-laki dan perempuan, bagaimana dua jiwa dapat berpadu, berjalan bersama, saling mengasihi, ada kisah cinta dan saling memperhatikan. Raja Salomo dalam hikmat Allah menulis dalam Amsal 30:18-19 bahwa jalan seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suatu hal yang mengherankan dan tidak dimengerti, seperti sebuah misteri.

Memang benar, pernikahan, kisah penciptaan Adam dan Hawa, sebenarnya merupakan rahasia besar, bukan hanya tentang pernikahan manusia, tetapi tentang rencana Allah terhadap gereja dan Kristus (Efesus 5:31-32). Itulah sebabnya pernikahan disebut kudus dan tidak dapat diceraikan (Markus 10:9).

LAKI-LAKI DARI PEREMPUAN

Didalam kitab Kejadian, keberadaan atau asal-usul laki-laki dan perempuan ditulis dengan jelas. Laki-laki selalu ditulis terlebih dahulu, bahkan dalam perhitungan orang Israel, hanya dihitung laki-laki saja, perempuan dan anak-anak tidak dihitung. Juga dalam banyak hal, yang diperhitungkan hanya laki-laki, yang disebut anak sulung juga hanya laki-laki, bahkan perempuanpun diharapkan bersikap seperti laki-laki kata I Korintus 16:13. Tentu saja yang dimaksud bukan secara prilaku atau penampilan, tetapi laki-laki secara rohani.

Dengan menuliskan didepan dan seakan diutamakan dalam segala hal, bukan berarti laki-laki lebih unggul dari perempuan, bukan berarti laki-laki lebih berarti dari perempuan. Penulisan dalam Perjanjian Lama merupakan penggambaran tentang laki-laki secara rohani, seperti halnya perintah Tuhan untuk membunuh pendosa tanpa tersisa (Ulangan 13:12-15), hal itu bukan dimaksud membunuh secara jasmani tetapi secara rohani (2 Korintus 3:14-15). Laki-laki lebih utama bukan secara jasmani tetapi dalam pengertian rohani.

Dalam pengertian jasmani tentang jenis kelamin, laki-laki itu sama dengan perempuan. Allah tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan (Roma 2:11).

Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. (1 Korintus 11:11-12)

PEREMPUAN DARI LAKI-LAKI

Tentang perempuan, FirmanNya menulis, “Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki”. Kata tersebut menjelaskan kalau ada sesuatu yang diambil dari laki-laki, dan ayat 21 diatas menyebutkan bahwa yang diambil tersebut (tulang rusuk Adam), dan tidak diganti baru tetapi hanya ditutup oleh daging. Jelas ada sesuatu yang berkurang dari laki-laki.

Allah menjadikan perempuan dari apa yang kurang (dikurangi) dari laki-laki. Sehingga laki-laki dan perempuan jika bersatu akan menjadi lengkap (genap). Bukankah Firman Tuhan menuliskan “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Markus 10:6-8). Mereka menjadi satu bukan dua dihadapan Allah.

Inilah pernikahan, inilah jodoh. Bahwa laki-laki dan perempuan akan saling melengkapi dan menjadi genap (satu) didalam pernikahan kudus. Istri merupakan bagian dari suami dan suami merupakan bagian dari isteri, keduanya adalah satu daging, satu tulang.

Kata diambil dari laki-laki menandakan bawah perempuan diciptakan untuk menghormati dan tunduk kepada suaminya, demikian juga dengan suami yang mana ada sesuatu darinya yang diambil untuk dijadikan perempuan, maka isteri adalah bagian dari tubuhnya sendiri (Kolose 3:18-19, Efesus 5:13, 1 Petrus 3:5-7). Isteri tunduk kepada suami kelihatannya kok tidak populer, tetapi inilah Firman Tuhan. Jangan kita karena emansipasi wanita, modernisasi dan kebodohan-kebodohan lain mengubah hukum Allah. Tenang hal ini, tentang hubungan Kristus, suami dan isteri dapat anda baca dalam Efesus 5:22-33 dan I Korintus 11:3-15. (Merupakan pembahasan tersendiri)

SALING MELENGKAPI

Saling melengkapi merupakan inti dari pernikahan. Satu dengan yang lainnya saling tolong menolong didalam kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga menjadi genap (satu). Bukankah Pengkotbah 4:9-10, mengatakan, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” Coba juga baca I Korintus 7:16.

Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, agar mereka dapat saling tolong menolong, dimana berdua lebih baik kata Firman Tuhan, berdua dapat saling tolong menolong, bahu membahu, saling melengkapi. Karena jika manusia sendirian, maka tidak ada yang akan menjadi penolong baginya, hal itu tidak baik dimata Tuhan.

TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18)

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan tujuan menjadikan mereka sebagai penolong yang sepadan. Suami menolong isteri, isteri menolong suami. Demikianlah penikahan kudus menggenapi hukum Kristus (Galatia 6:2).

Sejak awal penciptaan Allah telah menetapkan agar suami dan isteri saling tolong menolong. Jika tidak demikian maka Allah tidak menciptakan laki-laki dan perempuan. Bukankah Tuhan telah menciptakan beberapa binatang didunia ini yang dapat berkembang biak tanpa proses persetubuhan? Binatang tersebut diciptakan Allah untuk menunjukan pada kita bahwa tujuan pernikahan bukan untuk berkembang biak. Allah sanggup membuat manusia berkembang biak, beranak cucu, tanpa proses persetubuhan, jika memang Allah menghendaki manusia hanya seorang diri. Tetapi Allah menghendaki kita saling tolong menolong suami dan isterinya sesuai hukum Kristus.

HANYA ADA SATU

Selanjutnya, tentang kepada siapa kita menjadi satu. Beberapa orang romantis menganggap jodoh itu adalah tulang rusuk yang merupakan tulang rusuk satu-satunya tidak ada yang lain. Beberapa lagi yang lebih rasional mengaggap siapa saja dapat menjadi tulang rusuk.

Yang jelas sejak awal, hanya ada satu tulang rusuk yang diambil. Hanya ada satu pasangan suami dan istri, bukan satu suami dengan belasan istri, atau satu istri dengan beberapa suami. Roma 7:3, menuliskan “Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.” Anda juga dapat membaca dalam 1 Thesalonika 4:4, 1 Korintus 7:2, 1 Timotius 3:2,12 atau simak 1 Petrus 3:7, disana istri ditulis tunggal bukan jamak. Banyak ayat lain lagi yang menjelaskan satu suami satu istri.

Kebenaran tentang satu suami dengan satu istri sudah jelas. Selanjutnya menemukan tulang rusuk. Siapa tulang rusuk kita? Dapat siapa saja atau hanya ada satu-satunya?

MENEMUKAN TULANG RUSUK

Tanda Pertama
Adam menikah dengan Hawa, Kain menikah dengan adiknya, demikian juga dengan Set dan keturunan-keturunannya mereka menikah sesama anggota keluarga, bahkan sampai Abraham (Kejadian 20:12), Ishak (Kejadian 24:4) dan Yakub (Kejadian 29:12-14), mereka menikahai sanak saudara mereka sendiri. Hal ini terus terjadi sebab demikianlah hukum Taurat yang diturunkan oleh Allah (Bilangan 36:8-13, Hakim-hakim 14:3, dll). Mereka tidak boleh menikah dengan bangsa-bangsa lain (Ulangan 7:1-5, Kejadian 24:3, 28:1).

Hukum Taurat tersebut digenapkan dalam Perjanjian Baru seperti yang tertulis dalam II Korintus 6:14, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”

Kita sebagai umat Tuhan, anak-anak Abraham secara rohani (Galatia 3:7), juga wajib menikah dengan sesama saudara seiman. Inilah tanpa pertama. Jodoh dari Tuhan adalah sesama bangsa Israel rohani.

Tanda Kedua
Kejadian 2:24 menjelaskan laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi satu dengan istrinya. Bangsa Israel mempunyai kebiasaan, setiap anak laki-laki yang menikah ia akan keluar dari rumah orang tuanya dan membangun keluarganya sendiri.

Seseorang yang menikah haruslah telah dewasa dan siap memulai kehidupannya sendiri bersama dengan suami/istrinya, bukannya seorang anak-anak atau remaja yang masih sangat bergantung kepada orang tuanya. Dalam Perjanjian lama, laki-laki berbeda dengan anak-anak. Walaupun laki-laki tetapi kalau masih anak-anak tidak dihitung sebagai laki-laki.

Laki-laki dewasa didalam pengertian Taurat adalah laki-laki yang berusia dua puluh tahun keatas. “Hitunglah jumlah segenap umat Israel menurut kaum-kaum yang ada dalam setiap suku mereka, dan catatlah nama semua laki-laki di Israel yang berumur dua puluh tahun ke atas dan yang sanggup berperang, orang demi orang. Engkau ini beserta Harun harus mencatat mereka menurut pasukannya masing-masing.” (Ulangan 1:2-3). Dibawah umur tersebut, mereka masih menjadi tanggungan orang tua mereka masing-masing dan tidak diperhitungkan sebagai seorang laki-laki.

Dua puluh tahun bukan batas minimal umur untuk menikah menuruh Firman Tuhan, tetapi kita dapat menjadikan sebagai acuan untuk mulai memikirkan pernikahan, sebab dibawah usia tersebut sebaiknya berfikir untuk menikah ditahan dahulu.

Yang terpenting bukan umurnya, melainkan kesanggupan mereka berperang, “yang berumur dua puluh tahun ke atas dan yang sanggup berperang, orang demi orang” (Ulangan 1:3a). Berperang adalah kemampuan memikul beban kehidupan (Ayub 7:1).

Bahwasanya hal manusia di atas bumi ini seperti orang perang adanya dan hari hidupnyapun seperti hari orang upahan. (Ayub 7:1, Alkitab Terjemahan Lama)

Baik laki-laki maupun perempuan, mereka adalah sama (1 Korintus 16:13), harus sanggup berperang, bergumul didalam kehidupan ini. Walau sudah berusia dua puluh tahun tetapi kalau belum sanggup memikul beban kehidupan sebaiknya jangan menikah dahulu. Hanya yang telah diperhitungkan sebagai “laki-laki” yang boleh menikah.

Inilah tanda kedua, Jodoh dari Tuhan adalah mereka (laki-laki atau perempuan) yang telah dewasa dan sanggup memikul beban kehidupan ini.

Tanda Ketiga
Setelah kita mengetahui tanda pertama bahwa ia adalah saudara seiman, dan tanda kedua telah dewasa dan dapat disebut sebagai laki-laki, maka selanjutnya adalah tanda pengikat.

“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kolose 3:14-15)

Kasih atau cinta adalah pengikat yang membuat dua menjadi satu. Tanpa cinta, dua tidak dapat menjadi satu. Pernikahan harus didasari atas cinta, bukan atas hawa nafsu (1 Thesalonika 4:4-5). Menyukai lawan jenis, tidak semuanya didasari atas cinta, beberapa walau tampak seperti cinta, tetapi sebenarnya adalah hawa nafsu.

Kasih suami isteri itu menyatukan dan meyempurnakan jika keduanya saling mencintai, bukan salah satu saja yang mencintai. Cinta terhadap suami isteri, cinta terhadap teman atau sahabat, cinta terhadap keluarga dan orang tua merupakan bentuk cinta yang berbeda-beda. Cinta suami isteri adalah cinta saling memiliki, seperti yang ditulis dalam 1 Korintus 7:4, “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.

Mengasihi seperti mengasihi bagian tubuh sendiri (Efesus 5:28-29), itulah cinta suami istreri. Tanda-tanda cinta secara umum dapat anda baca dalam 1 Korintus 13:4-7 (kata cemburu dalam Alkitab Terjemahan Baru sebenarnya lebih tepat ditulis dengki, dalam terjemahan KJV, NKJV, ASV, YLT dan lain-lain menggunakan kata envy buka jealous). Sebab pasangan suami dan istri harus ada cemburu dan kesucian didalam cintanya, seperti yang dikatakan II Korintus 11:2.

Tanda ketiga adalah adanya cinta. Bukan cinta satu pihak, tetapi saling mencintai. Karena cinta dan kesucian maka dua dapat menjadi satu.

Tanda Keempat
Setelah tanda ketiga yaitu cinta yang menjadi pengikat yang membuat dua menjadi satu, maka berikutnya, seperti yang tertulis dalam penciptaan manusia, didalam Kejadian 4:25, “Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.”

Telanjang bukan secara jasmani (dosa jika diluar pernikahan). Tetapi didalam pengertian rohani, telanjang mempunyai arti terbuka, terlihat segala kekurangan, keburukan dan kelebihan kita.

Suami dan istri haruslah terbuka, mereka tidak boleh menutupi keburukan satu sama lain, segala kelemahan dan kekurangan hedaklah terbuka dan diketahui masing-masing. Untuk itulah mereka saling melengkapi dan menyempurnakan, bukan malah sebaliknya saling menutup-nutupi kekurangan dan kelemahan masing-masing. Jangan ingin tampil (seakan) prima didepan penolong sejodoh kita, karena kekurangan tersebutlah maka laki-laki dan perempuan ada, pernikahan ada. Agar mereka dapat saling menolong dan melengkapi sehingga keduanya menjadi genap.

Tanda keempat adalah keterbukaan. Jodoh dari Tuhan satu sama lain harus dapat saling mengenal, memahami dan meyempurnakan. Jika anda merasa tidak cocok dengan kekurangannya dan tidak yakin dapat menggenapinya maka mungkin ia memang bukan penolong sejodoh bagi anda.

Tanda Kelima
Tanda kelima merupakan peneguhan dari Tuhan atas pasangan yang akan menjadi suami atau isteri. Peneguhan dari Tuhan itu perlu, sebab hanya Tuhanlah yang tahu mana penolong sejodoh kita. Banyak laki-laki dan banyak perempuan, tetapi tidak semua laki-laki dan tidak semua perempuan dapat menjadi penolong yang cocok bagi kita. Perhatikan Kejadian 2:22, Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Allah yang membawa Hawa kepada Adam.

Dalam perjodohan, Allah ikut terlibat didalamnya. Allah tahu mana yang tepat menjadi penolong kita, Allah tahu mana yang terbaik untuk menjadi isteri atau suami kita. Karena itu pula didalam Alkitab, saat Abraham mencarikan jodoh untuk Ishak, yaitu seorang perempuan dari sanak saudaranya, maka hambanya yang ditugaskan untuk mencari jodoh tersebut berdoa memohon tanda dari Tuhan, manakah yang terbaik bagi Ishak.

Di sana disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air. Lalu berkatalah ia: “TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum–dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.”
(Kejadian 24:11-14)

Hanya Tuhan yang tahu dan mengenal kita secara keseluruh, bukan orang lain, bukan orang tua dan bukan pula diri kita sendiri, seperti yang dikatakan oleh 1 Korintus 13:12. Hanya Tuhan mengenal kita dengan sempurna. Demikian juga dengan pasangan kita, hanya Tuhan yang tahu dengan pasti apakah ia benar-benar dapat menjadi penolong yang cocok dengan kita didalam segala hal.

Seperti yang dilakukan hamba Abraham, kita juga harus bertanya kepada Tuhan siapa yang tepat menjadi penolong hidup kita.

Bertanya dan mendapatkan jawaban Tuhan merupakan suatu permasalahan sendiri, beberapa orang telah dapat meminta peneguhan dan mendengar suaraNya, beberapa lagi tidak paham dengan tanda-tanda Allah, karena itu maka ditetapkan oleh Allah bahwa para pemimpin kerohanian, seperti Gembala Sidang atau pemimpin rohani lainnya, mereka adalah orang-orang yang bertanggungjawab kepada Allah atas hidup kita (Ibrani 13:17), kepada perantara merekalah kita dapat memintakan petunjuk tentang perjodohan tersebut dari Allah.

Selain pemimpin/pembimbing rohani anda, orang tua yang didalam Tuhan juga merupakan perantara tentang perjodohan dari Tuhan. Jika ada keberatan dari mereka, jangan abaikan hal tersebut, sebab kesaksian dua atau tiga orang yang bertanggung jawab atas hidup anda, suatu perkara dapat dibenarkan, kata II Korintus 3:1, 1 Timotius 5:19 atau Ulangan 19:15.

Jadi minta petunjuk dari Tuhan itu bukan hal yang salah, malah sebaliknya itu merupakan keharusan. Tanda kelima adalah peneguhan dari Tuhan (baik lewat tanda-tanda ilahi maupun lewat orang-orang yang bertanggung jawab atas hidup kita dihadapan Allah).

Dalam pelaksanaanya untuk petunjuk atau tanda-tanda langsung dari Allah, hendaknya disesuaikan dengan iman masing-masing, jangan kita mereka-reka perkara yang terlalu tinggi bagi iman kita sendiri (Roma 12:3). Terbaik adalah peneguhan Allah melalui perantara pemimpin rohani dan orang tua kita didalam Tuhan.

PENUTUP

Tentang jodoh dan lima tanda yang harus ada sesuai Firman Tuhan telah dijelaskan singkat diatas. Semoga hal ini dapat membantu kita semua anak Tuhan untuk dapat mengenali penolong sejodoh yang terbaik dari Allah untuk kita.

Jodoh bukan peristiwa gaib dimana si A harus menikah dengan si B, tetapi Allah akan membantu kita untuk mendapatkan penolong yang sepadan dengan kita yang cocok dengan kita sesuai dengan Firman Tuhan. Tidak semua orang cocok sebagai penolong hidup kita, tetapi Allah tahu yang mana yang dapat menjadi penolong yang paling sepadan. Jangan bayangkan Allah memberikan jodoh yang tidak sesuai dengan selera jasmani anda, sebab Allah itu kasih, pasangan yang cocok dengan kita adalah pasangan yang cocok baik rohani maupun jasmani, tetapi bukan didalam hawa nasfu dan keduniawian.

Penolong yang sejodoh bukan berarti hidup akan ideal, segala sesuatunya pas. Tidak demikian tentang penolong yang sejodoh. Didalam suka dan duka, didalam beratnya hidup ini, penolong sejodoh harus dapat saling melengkapi dan menolong satu sama lain. Babak baru dalam kehidupan mereka bukan lagi bagiamana menemukan penolong sejodoh, tetapi bagaimana hidup sebagai suami atau istri yang benar dan berkenan dihadapan Allah dan manusia.

Juga tidak semua orang akan menikah, Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa ada orang-orang yang tidak menikah, baik oleh karena kemauan sendiri, oleh karena keadaan maupun oleh karena orang lain (Matius 19:12). Bagi tiap-tiap anak Allah, telah direncanakan yang terbaik dalam hidupnya baik yang menikah maupun yang tidak menikah (1 Korintus 7:1-40).

Tentang pernikahan, bukankah pernikahan itu merupakan seluruh hidup kita? Bandingkan dengan tahun-tahun hidup lajang? Jangan kita menyia-nyiakan hidup kita didalam pernikahan dengan dasar hawa nafsu.

2 komentar:

Gustina Arta mengatakan...

Jadi, ni tulang rusuk syapa ya yg ku bawa?
Hha

Jonathan Pakpahan ^^ mengatakan...

tulang rusuk sapi..!! ya dari manusia lah Wie,, laki-laki tentunya..! *itu katannya si*..

haha ^^